Berenang di Lautan Sejarah
(Sumber gambar: https://www.bbc.com/indonesia/vert_fut/2016/04/160407_vert_fut_moken_laut)
Kita mungkin mengenal sejarah sebagai sebuah mata pelajaran di sekolah. Atau secara lebih luas, sejarah yang kita kenal mungkin adalah peristiwa besar masa lalu yang penuh aksi heroik para pahlawan, atau catatan perjalanan seorang tokoh besar, atau peradaban sebuah bangsa, dan lain sebagainya. Kita jarang sekali memandang bahwa minggun kemarin, hari kemarin, satu jam yang lalu, bahkan sedetik yang telah terlewati juga merupakan sejarah. Cakupan pemahaman sejarah yang umum kita pahami terlampau besar, sehingga kurang peka melihat peristiwa sejarah kecil dalam diri kita sendiri.
Padahal
jika kita mau melihat sejarah dalam skala yang lebih kecil dalam diri kita
sendiri, kita bisa menyimpulkan bahwa setiap saat kita berjalan beriringan
bersama sejarah. Kita hanya satu langkah lebih mau ketimbang sejarah. Tentu
saja, karena sejarah adalah peristiwa yang telah berlalu. Seandainya peristiwa
saat ini, yang sedang terjadi, bisa dikategorikan sebagai sejarah, maka kita
persis berjalan beriringan dengan sejarah. Namun karena tidak demikian, maka
kita selalu meninggalkan sejarah satu langkah dibelakang kita. Namun yang pasti
bahwa sejarah itu bukan hanya di buku pelajaran, bukan hanya peristiwa masa
lampau yang sulit diingat, sejarah ada dalam kehidupan kita, ada dalam setiap
langkah pergerakan yang kita goreskan dalam lembaran kehidupan. Atau dengan
kata lain, kita senantiasa berenang di lautan sejarah. Berenang di lautan
sejarah orang-orang yang mendahului kita, untuk menciptakan lautan sejarah kita
sendiri.
Dengan
memahami sejarah seperti ini, kita akan mempunyai kesadaran yang lebih terhadap
segala perilaku sehari-hari. Tentu kita berharap punya cerita terbaik yang
dapat dituturkan kepada anak cucu kelak. Kita berkeinginan agar mereka yang
mendengar kisah hidup kita akan terinspirasi untuk melakukan yang terbaik.
Sehingga dalam menjalani kehidupan ini kita benar-benar berhati-hati agar tidak
tertulis sebuah cerita yang tidak layak baca.
Tentu
sebagai manusia yang tak luput dari salah dan dosa tak mungkin rasanya jika
cerita kehidupan kita akan putih bersih tanpa setitik noda pun. Akan selalu ada
noktah hitam yang mengiringi kehidupan ini. Namun jangan sampai kesalahan itu
adalah kesalahan yang diperbuat secara sengaja dan dalam kesadaran penuh serta
memang benar-benar dilakukan untuk menjadi sebuah dosa yang kemudian ketika
orang mengetahui akan menginspirasi mereka bahwa kita melakukan kesalahan itu
dengan kebanggaan. Kesalahan yang ada dalam kehidupan kita haruslah kesalahan
yang dilakukan sewajarnya sebagai manusia yang kemudian diikuti dengan
penyesalan dan pertaubatan serta diiringi dengan perbuatan baik sebagai
penebusnya. Sehingga justru menginsprasi orang lain agar menghindari kesalahan
tersebut, atau jika mereka turut terjebak dalam sebuah dosa, mereka akan
mengikuti jejak kita untuk menyesali, bertaubat, dan memperbaikinya.
Demikialnlah,
bahwa memahami sejarah tidak melulu soal membaca cerita masa lalu yang kadang
sulit ditemukan relavansinya dengan masa kini. Atau mungkin sebenarnya sangat
relevan namun kita membacanya tidak dengan kesadaran untuk mengambil hikmahnya,
hanya dibaca sekilas lalu saja untuk pengetahuan, setelah itu entah apa yang
akan kita lakukan dengan pengetahuan itu kita tidak mengetahui.
Sejarah
ada dalam diri kita. Sejarah senantiasa bersama kita, setiap saat, setiap
waktu. Kita harus menggoreskan sebuah cerita terbaik. Lebih dari sekedar
inspirasi untuk generasi mendatang, namun sebagai pertanggung jawaban kita
kelak. Karena sebagai manusia beriman kita meyakini bahwa segala tindakan yang
kita lakukan tidak akan dibiarkan berlalu begitu saja. Ada pengadilan akhir
yang akan menilai, apakah catatan sejarah kita layak untuk dibalas dengan
balasan terbaik, atau justru dihukum dengan siksaan terburuk. Semoga balasan
terbaik yang akan kita peroleh. Amiin.
Tulisannya yang mengalir dan enak dibaca.
BalasHapusSubhanallah 👍👍
BalasHapusIlustrasi gambarnya sangat cocok dengan judul sehingga pembaca tertarik ingin mengetahui isi teks
BalasHapusSinau sejarah pancen nyenengna seperti wisata he... he... Wisata dalam dunia masa lampau, manfaate ya salah sijine tidak berbuat kesalahan kedua kalinya opomeneh ketigakalinya
BalasHapusPosting Komentar
Terimakasih berkenan untuk memberikan komentar pada tulisan ini. Mohon hargai sesama dan gunakan bahasa serta penulisan yang baik dan sopan. Beberapa komentar menunggu moderasi terlebih dahulu untuk dapat ditayangkan secara publik. ... salam hormat!