Oleh : Ida Fitriani XII Agama
Namaku ida fitriyani, sekarang saya menjadi mahasiswa di universitas negri Yogyakarta, hari itu adalah hari dimana saya harus menjalankan tugas kampus untuk memenuhi skripsiku yaitu KKN yang di tugaskan di desa Arjowinangun, Puring.hari pertama adalah pemberangkatan menuju lokasi, kami bersama dengan anak-anak yang lainya berangkat dengan membawa barang yang cukup banyak, seperti halnya baju dan perlengkapan lainya, ketika di perjalanan kami berhenti sejenak untuk beristirahat di warung kopi, kami bercanda ria seakan tidak ada hal buruk yang akan terjadi, aku, indah, kholif, rya, fitri, muhsin dan alif kembali melanjutkan perjalan.
Aku : kholif , kamu tau tas ku ndak ?
Kholif : tas yang mana da ?
Aku : yang biasanya aku bawa loh, warna hitam berhias bunga melati putih.
Kholif : yang tadi kamu bawa pas kita mampir di warung kopi itu ?
Aku : iya lif , aku lupa tadi naruhnya di mana,
Kholif : atau kah tertinggal di sana ? kholif memandang ku dengan rasa melas
Aku : ( dengan rasa yang khawatir aku pun mulai merambang, aku takut karna di dalam tas nya ada berkas penting yang harus di setor hari ini pada kepala desa arjowinangun ), kholif gimana ini ?
Kholif : coba kita kembali kesana, siapa tau memang tertinggal
Aku : ayokk..
Dengan rasa yang sedikit lemas akhirnya kami berdua pun berangkat menuju warung kopi, seriring di perjalanan aku pun berdoa terus semoga tas nya tidak hilang, dan berkas pun selamat sampai di tanganku.
Akhirnya kami sampai di tempat ini, dan aku pun langsung memandang pada sudut ruangan warung itu, alhamdulillah tas masih di tempat, aku pun lari dengan rasa senang dan sorak-sorak akhirnya yang di cari ketemu.
Setelah semuanya aman, aku dan kholif pun kembali.
Alif : gimana, berkas tadi ada kan ?
Aku : aman.. ( hati berkata : asalkan kamu tahu yahh, hehh,, tadi tu berkasnya ketinggalan tau )
Alif : okey lah, sudah di tunggu sama pak lurah tuh
Aku : ehh iyaa, aku segera kesana ko
Aku sebagai ketua di kelompokku, menyerahkan laporan yang kami bawa, kepala desa pun menerimanya, mereka berkumpul dalam satu ruangan untuk kegiatan yang akan kami lakukan di esok hari, kepala desa masuk dan memberikan sambutanya sekaligus menceritakan asal mula desa ini, serta beberapa tata tertib yang harus kami lakukan selama disini.
Kegiatan hari ini adalah kita mengajar anak-anak di tpq al- huda, nantinya kita di sana memberikan semangat mengaji untuk para generasi milenial sekarang, agar merek tidak malas dan terpengaruh dengan gadget serta lingkungan sekitar. ( aku memberikan arahan kepada kelompokku untuk bersikap ramah tamah, sopan dan tidak se maunya sendiri. )
Kami bersama rombongan datang lebih awal ke tpq untuk menyambut anak- anak dan saling bersalam salaman, serta memperkenalkan kami kepada mereka.
Tpq ini di bagi menjadi 3 kelas, dan aku bersama muhsin masuk pada kelas pertama, disini anak-anaknya masih kecil-kecil berusia anak tk dan MI kelas 1. Mereka masih terlalu polos dan masih senang untuk bermain-main.
Aku memberikan salam dan menyambut mereka dengan senyuman,
Aku : hay semua, kenalin kaka berdua dari universitas negri yogyakarta, untuk 2 bulan kedepan kami akan mendampingi kalian dalam mengaji, jangan sungkan-sungkan pada kami yaa, nanti kalo ada yang tidak tahu boleh di tanyakan ko.
Mereka menjawab salam secara bersama-sama, salah satu dari santri ada yang bertanya, ka hari ini jangan ngaji dulu ya ka, saya bosan setiap hari masuk ngaji terus pulang, sekali kali di ganti dengan bercerita dong ka..
Semua santri berisik sendiri-sendiri dengan mengatakan cerita, cerita, cerita, akan dan muhsin saling pandang, bagaimana ini ? sedangkan kami belum terlalu pandai untuk bercertita tentang sahabat nabi yang bisa memotivasi.
Akhirnya aku memberanikan diri, untuk bercerita kepada mereka, aku menyuruhnya untuk duduk anteng, dan diam mendengarkan cerita dari kami.
Dengarkan ya santri-santri semua,,
Kaka akan bercerita tentang sahabat nabi yang berbakti kepada orang tua nya,
Di ceritkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai Uwais al-Qarni tanpa pernah melihatnya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia seorang penduduk Yaman, daerah Qarn, dan dari kabilah Murad. Ayahnya telah meninggal. Dia hidup bersama ibunya dan dia berbakti kepadanya. Dia pernah terkena penyakit kusta. Dia berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu dia diberi kesembuhan, tetapi masih ada bekas sebesar dirham di kedua lengannya. Sungguh, dia adalah pemimpin para tabi’in.”
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu, “Jika kamu bisa meminta kepadanya untuk memohonkan ampun (kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala) untukmu, maka lakukanlah!”
Ketika Umar radhiyallahu ‘anhu telah menjadi Amirul Mukminin, dia bertanya kepada para jamaah haji dari Yaman di Baitullah pada musim haji, “Apakah di antara warga kalian ada yang bernama Uwais al-Qarni?” “Ada,” jawab mereka.
Umar radhiyallahu ‘anhu melanjutkan, “Bagaimana keadaannya ketika kalian meninggalkannya?”
Mereka menjawab tanpa mengetahui derajat Uwais, “Kami meninggalkannya dalam keadaan miskin harta benda dan pakaiannya usang.”
Umar radhiyallahu ‘anhu berkata kepada mereka, “Celakalah kalian. Sungguh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bercerita tentangnya. Kalau dia bisa memohonkan ampun untuk kalian, lakukanlah!”
Dan setiap tahun Umar radhiyallahu ‘anhu selalu menanti Uwais. Dan kebetulan suatu kali dia datang bersama jamaah haji dari Yaman, lalu Umar radhiyallahu ‘anhu menemuinya. Dia hendak memastikannya terlebih dahulu, dia bertanya, “Siapa namamu?”
“Uwais,” jawabnya.
Umar radhiyallahu ‘anhu melanjutkan, “Dari Yaman daerah mana kamu tinggal ?’
Dia menjawab, “Dari Qarn.”
“Tepatnya dari kabilah mana?” Tanya Umar radhiyallahu ‘anhu.
Dia menjawab, “Dari kabilah Murad.”
Umar radhiyallahu ‘anhu bertanya lagi, “Bagaimana ayahmu?”
“Ayahku telah meninggal dunia. Saya hidup bersama ibuku,” jawabnya.
Umar radhiyallahu ‘anhu melanjutkan, “Bagaimana keadaanmu bersama ibumu?’
Uwais berkata, “Saya berharap dapat berbakti kepadanya.”
“Apakah engkau pernah sakit sebelumnya?” lanjut Umar radhiyallahu ‘anhu.
“Iya. Saya pernah terkena penyakit kusta, lalu saya berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga saya diberi kesembuhan.”
Umar radhiyallahu ‘anhu bertanya lagi, “Apakah masih ada bekas dari penyakit tersebut?”
Dia menjawab, “Iya. Di lenganku masih ada bekas sebesar dirham.” Dia memperlihatkan lengannya kepada Umar radhiyallahu ‘anhu. Ketika Umar radhiyallahu ‘anhu melihat hal tersebut, maka dia langsung memeluknya seraya berkata, “Engkaulah orang yang diceritakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mohonkanlah ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untukku!”
Dia berkata, “Masa saya memohonkan ampun untukmu wahai Amirul Mukminin?”
Umar radhiyallahu ‘anhu menjawab, “Iya.”
Umar radhiyallahu ‘anhu meminta dengan terus mendesak kepadanya sehingga Uwais memohonkan ampun untuknya.
Selanjutnya Umar radhiyallahu ‘anhu bertanya kepadanya mengenai ke mana arah tujuannya setelah musim haji. Dia menjawab, “Saya akan pergi ke kabilah Murad dari penduduk Yaman ke Irak.”
Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Saya akan kirim surat ke walikota Irak mengenai kamu?”
Uwais berkata, “Saya bersumpah kepada Anda wahai Amriul Mukminin agar engkau tidak melakukannya. Biarkanlah saya berjalan di tengah lalu lalang banyak orang tanpa dipedulikan orang.”
Uwais al qarni adalah salah satu manusia yang sangat makbul doanya, beliau sangat mencintai dan patuh kepada ibunya, beliau rela menggendong ibunya yang sedang sakit dari yaman ke madinah untuk melaksanakan ibadah haji, ibunya bercucuran air mata melihat ka’bah itu, dia mereka berdua berdoa kepada allah.
“Ya Allah, ampuni semua dosa ibu,” kata Uwais.
“Bagaimana dengan dosamu?” tanya sang Ibu keheranan.
Uwais menjawab, “Dengan terampuninya dosa ibu, maka ibu akan masuk surga. Cukuplah ridha dari ibu yang akan membawaku ke surga.”
Setelah itu uwais pun kembali ke yaman, dan meminta izin kepada ibunya untuk kembali lagi madinah menemui nabi muhammad saw. Namun sesampainya di sana uwais tidak menemuinya karena nabi sedang pergi berperang bersama sahabatnya, uwais akhirnya pulang ke yaman dengan hati yang sedih.
Uwais adalah penghuni langit, ketika kewafatanya banyak sekali orang-orang yang tidak di kenalnya berdatangan untuk memandikan, mengkafani dan menguburkanya, dengan keherananya banyak dari masyarakat yaman yang bertanya tanya siapakah sebenarnya uwais al- qorni ini ?
Berita meninggalnya Uwais Al Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi ketika wafatnya telah tersebar kemana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al Qarni disebabkan permintaan Uwais Al Qarni sendiri kepada Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib agar merahasiakan tentang dia. Barulah di hari wafatnya mereka mendengar sebagaimana yang telah di sabdakan oleh Nabi, bahwa Uwais Al Qarni adalah penghuni langit. Begitulah Uwais Al Qarni, sosok yang sangat berbakti kepada orang tua, dan itu sesuai dengan sabda Rasulullah ketika beliau ditanya tentang peranan kedua orang tua. Beliau menjawab, “Mereka adalah (yang menyebabkan) surgamu atau nerakamu.” (HR Ibnu Majah).
Itulah akhir dari cerita uwais al-qorni, jadi santri santri semuanya, berbaktilah kalian kepada kedua orang tua selagi mereka masih ada, dan apabila mereka sudah meninggal maka doakan lah mereka di setiap selesai sholatmu.
Nah cukup itu yang bisa kaka ceritakan, kita akhiri mengaji hari ini dengan bacaan hamdalah dan di lanjutkan dengan doa penutup dan kafarotul majlis, semuanya serentak menjawab dan berdoa dengan lantang.
Bagus. Mengajarkan kita untuk berbakti kepada orangtua
BalasHapusMantabbbb
BalasHapusPosting Komentar
Terimakasih berkenan untuk memberikan komentar pada tulisan ini. Mohon hargai sesama dan gunakan bahasa serta penulisan yang baik dan sopan. Beberapa komentar menunggu moderasi terlebih dahulu untuk dapat ditayangkan secara publik. ... salam hormat!