SA'AD BIN ABI WAQASH
Oleh : Umy Asyatun Munawaroh
Namaku Umy Asyatun Munawaroh, sekarang saya menjadi seorang
mahasiswa di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Untuk memenuhi
tugas skripsi, hari ini saya akan menjalankan tugas kampus, yaitu KKN. Dimana
aku dan satu kelompokku yang terdiri dari Rizky, Albi, Dinda, Salsa dan Fia
ditugaskan di Desa Kambangsari, Alian, Kebumen. Hari pertama ini kami berangkat
menuju lokasi. Kami pun bersiap-siap dengan membawa perlengkapan yang cukup
banyak untuk beberapa bulan bertugas di sana.
Setelah beberapa jam di perjalanan, kami pun sampai di tempat
tujuan yaitu di Desa Kambangsari, Alian, Kebumen. Kami pun turun dari kendaraan
dan mulai menurunkan barang-barang bawaan yang kami bawa. Lalu kami
beristirahat sejenak untuk merekatkan tubuh kami yang sedari tadi di
perjalanan. Setelah cukup beristirahat, Albi sebagai ketua di kelompokku, menyerahkan laporan yang kami bawa
kepada bapak Kepala Desa, beliau pun menerimanya dengan senang hati dan
menjelaskan kegiatan apa yang akan mereka lakukan di esok hari. Beliau pun juga
menceritakan asal mula desa ini dan menjelaskan beberapa peraturan yang harus
kami lakukan selama menjalankan tugas di sini.
Kegiatan hari ini adalah
kami mengajar anak-anak di Madin Nurul Qur'an. Nantinya kami di sana akan memberikan
semangat kepada anak-anak terutama para generasi milenial sekarang untuk terus
rajin mengaji agar mereka tidak malas dan terpengaruh dengan gadget serta
pergaulan bebas terutama di lingkungan sekitar mereka. ( Albi memberikan arahan
kepada kelompokku untuk bersikap ramah tamah, sopan dan santun. )
Kami bersama rombongan
datang lebih awal ke Madin untuk menyambut anak- anak dan saling bersalam-salaman, serta
memperkenalkan diri kami kepada mereka.
Madin ini di bagi menjadi 3 kelas. Aku bersama Albi masuk pada kelas
pertama, disini anak-anaknya masih kecil-kecil berusia anak TK dan MI kelas 1. Mereka
masih terlalu polos dan masih senang untuk bermain-main dengan teman-temannya.
Aku dan Albi memberikan salam dan menyambut mereka dengan senyuman
Albi : Hai semua, kenalin kakak
berdua dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga yogyakarta. Untuk 2 bulan ke depan kami akan mendampingi kalian dalam
mengaji, jangan sungkan-sungkan pada kami yaa, nanti kalo ada yang tidak tahu
boleh di tanyakan.
Mereka menjawab salam
secara bersama-sama, salah satu dari santri ada yang bertanya, ka hari ini kita
jangan ngaji dulu ya ka, saya bosan setiap hari masuk ngaji terus pulang,
sekali kali di ganti dengan bercerita dong ka, cerita tentang sahabat Nabi.
Semua santri bersorak
sendiri-sendiri dengan mengatakan cerita, cerita, cerita ka, aku dan Albi
saling pandang. Dan akhirnya aku memberanikan diri untuk bercerita kepada
mereka, aku menyuruhnya untuk duduk anteng dan diam mendengarkan cerita dari
kami.
Dengarkan yaa santri-santri semua,
Kakak akan bercerita tentang Sahabat Nabi yang Dijamin Surga,
yaitu salah satunya Sa'ad bin Abi Waqash.
Sa'ad bin Abi Waqash merupakan seorang sahabat Rasulullah SAW yang
dijamin masuk surga. Dia memeluk Islam ketika berumur 17 tahun. Suatu hari
dalam hidupnya, ia didatangi Abu Bakar Ash-Shiddiq yang dikenal sebagai orang
yang ramah.
Abu Bakar lantas mengajak Sa'ad untuk menemui Nabi Muhammad SAW di
sebuah perbukitan dekat Makkah. Pertemuan itu mengesankan bagi Sa'ad. Ia pun
segera menerima risalah Nabi Muhammad SAW dengan tangan terbuka. Sejak saat
itu, Sa'ad menjadi salah satu sahabat yang pertama masuk Islam, yakni dalam era
Makkah atau sebelum Hijrah.
Silsilahnya secara tidak langsung bersambung dengan Rasulullah
SAW. Aminah binti Wahhab, yakni ibunda Nabi Muhammad SAW, berasal dari suku
yang sama dengan Sa'ad, yaitu Bani Zuhrah. Karena itu, Sa'ad juga sering
disebut sebagai Sa'ad Zuhrah atau Sa'ad dari Zuhrah. Pria ini memiliki banyak
keutamaan. Suatu saat dia pernah disambut Rasulullah SAW dengan gembira.
Rasulullah SAW begitu membanggakan Sa'ad. Beliau bersabda,
"Ini dia pamanku...! Siapa orang yang punya paman seperti pamanku
ini?" Kakeknya Sa'ad adalah Uhaib, putra dari manaf yang menjadi paman
dari Ibunda Rasulullah SAW.
Sa'ad dan Anak Panah Pertama
Selain itu, Sa'ad bin Abi Waqash juga merupakan orang Muslim yang
pertama kali melepas anak panah dalam jihad Islam. Dia pula yang mula-mula
terkena anak panah dalam kancah jihad.
Pernah suatu kali Rasulullah SAW bersabda di tengah Perang Uhud,
"Panahlah hai Sa'ad! Ibu bapakku menjadi jaminan bagimu!" Ali bin Abi
Thalib juga mengatakan: "Tidak pernah saya dengar Rasulullah mengatakan
ibu bapaknya sebagai jaminan seseorang kecuali untuk Sa'ad."
Sa'ad adalah seorang kesatria Muslim yang paling berani. Ia
mempunyai dua kekuatan yang sangat ampuh: panah dan doanya. Jika ia memanah,
pasti tepat sasaran. Jika ia berdoa, akan dikabulkan-Nya. Hal ini tak lepas
dari doa Rasulullah untuk Sa'ad. Suatu hari Rasulullah SAW menyaksikan sesuatu
dari Sa'ad yang menyenangkan hati beliau. Maka Rasulullah SAW pun bermunajat,
"Ya Allah, tepatkanlah bidikan panahnya (Sa'ad bin Abi Waqash) dan
kabulkanlah doanya..!"
Demikianlah, diri Sa'ad menjadi masyhur lantaran doanya disebut
makbul. Kelak ketika fitnah terjadi pada zaman kekhilafahan Ali bin Abi Thalib,
Sa'ad mendengar seorang laki-laki memaki Ali, Thalhah, dan Zubair. Orang itu
bahkan terus menolak berhenti mencaci-maki.
Maka, Sa'ad pun berkata, "Kalau begitu, akan saya doakan kamu
kepada Allah." Laki-laki tadi lantas berkata, "Rupanya kamu hendak
menakutiku, seolah-olah kamu seorang Nabi."
Maka, Sa'ad pun pergi wudhu dan melakukan shalat dua rakaat
kemudian berdoa: "Ya Allah, kiranya menurut ilmu-Mu, laki-laki ini telah
memaki segolongan orang yang telah memeroleh kebaikan-Mu dan tindakan mereka
mengundang amarah murka-Mu. Maka mohonlah dijadikan hal ini sebagai pertanda
dan pelajaran."
Tidak lama kemudian, tiba-tiba dari salah satu pekarangan rumah
muncul seekor unta liar dan menabrak laki-laki tadi sehingga meninggal.
Memuliakan Orang Tua
Sa'ad adalah teladan istiqamah dalam iman dan hidayah. Betapa
mahalnya hidayah itu bahkan harus dipertahankan dengan susah payah. Terkisahlah
ibunda Sa'ad yang melakukan mogok makan berhari-hari demi menentang keislaman
anaknya.
Semakin hari semakin parahlah kondisi ibu Sa'ad ini. Dalam ujian
keimanan yang berat seperti ini, keimanan sang sahabat kokoh menghujam dan
keluarlah kalimat yang abadi itu. "Demi Allah, ketahuilah wahai ibunda,
seandainya bunda memiliki seratus nyawa, lalu ia keluar satu per satu, maka
tidak lah anakmu ini akan meninggalkan agama ini (Islam) walau ditebus dengan
apa pun."
Akhirnya, hati ibundanya itu luluh. Tak lama berselang, turunlah
ayat Alquran terkait kisah Sa'ad ini, surah Luqman ayat ke-15. Artinya,
"Dan seandainya kedua orang tua memaksamu untuk mempersekutukan Aku
(Allah), padahal itu tidak sesuai dengan pendapatmu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya."
Itulah akhir dari cerita Sa'ad bin Abi Waqqash. Jadi santri-santri
semuanya, jadilah orang yang pemberani seperti sahabat Sa'ad, dan muliakanlah
kedua orang tua kalian meskipun menentang agama kalian dan tetaplah istiqamah
dalam Iman.
Nah cukup sekian yang bisa kakak ceritakan pada kalian tentang
sahabat Nabi, kita akhiri mengaji hari ini dengan bacaan hamdalah bersama dan
di lanjutkan dengan doa penutup dan kafarotul majlis, semuanya serentak
menjawab dan berdoa dengan lantang.
Posting Komentar
Terimakasih berkenan untuk memberikan komentar pada tulisan ini. Mohon hargai sesama dan gunakan bahasa serta penulisan yang baik dan sopan. Beberapa komentar menunggu moderasi terlebih dahulu untuk dapat ditayangkan secara publik. ... salam hormat!